Senin, 14 Maret 2011

Oleh Dewi Iriani

Fenomena blog sudah mulai memasyarat di Indonesia. Para blogger (sebutan untuk mereka yang mempunyai weblog) sudah berani menulis apapun di laman blognya. Mereka menulis dari hal – hal yang paling sepele sampai hal yang berat..

Banyak hal menarik bisa kita lihat. Misalnya mereka yang sebelumnya hanya membaca blog, terus memberikan komentar di blog orang lain. Lama – lama tertarik juga membuat blog sendiri. Sesudah membuat blog timbul keinginan untuk menulis. Bahkan tanpa mereka sadari, akhirnya takjub kepada diri sendiri karena ternyata mereka mampu. Dan lebih membanggakan lagi karena karyanya itu dibaca dan diapresiasi. Pujian berupa komentar positif banyak mereka terima. Bahkan tak jarang kata – kata penyemangat yang bisa membuat hati berbunga – bunga. Begitulah asal – muasal seseorang mulai menulis di blog. (Diangkat dari pengalaman nyata seorang Kompasianers).

Secara kuantitas kita boleh berbangga dengan jumlah tulisan yang marak di blog saat ini. Tapi jika kita menilik pada kualitas, rasanya kita pantas untuk instrospeksi diri. Apakah tulisan kita sudah memadai dari sisi kualitasnya?

Ada berbagai parameter yang bisa dilakukan untuk mengujinya. Yang pertama tentu saja memposting tulisan kita di blog. Dalam beberapa hari kita bisa lihat, berapa orang yang membaca tulisan kita. Selanjutnya bagaimanakah penilaian mereka. Di Kompasiana ada ukuran tertentu dalam menilai tulisan yaitu menarik, bermanfaat, inspiratif dan aktual.

Kita juga bisa membaca dari beberapa komentar yang masuk. Tapi terkadang kita tak tahu siapa yang berkomentar dan sejauh mana pengetahuan dan wawasan dia dalam dunia kepenulisan. Jadinya komentar atau penilaian seperti itu tidak akurat. Kadang tidak bisa dipertanggungjawabkan atau dijadikan ukuran standar kualitas tulisan.

Mengikuti berbagai lomba kepenulisan bisa menjadi cara jitu untuk menilai kualitas karya kita. Jika kita masih belum bisa menang, artinya kita masih harus banyak belajar. Naskah yang tidak menang tadi jangan langsung dibuang ke tong sampah, tetapi baca, koreksi dan cari mengapa naskah yang kita anggap bagus tersebut tidak memenangkan lomba. Perbaikilah kembali dan simpan sebagai dokumentasi. Suatu saat kalau kita membutuhkan, kita bisa dengan mudah membukanya kembali.

Baca dan pelajari juga naskah – naskah yang pernah memenangkan sayembara. Atau juga tulisan yang sudah dimuat di media. Hal itu memberi gambaran konkret tentang standar kualitas sebuah karya yang bisa diterima.

Cara yang lebih hebat lagi adalah mengirim naskah kita ke media atau penerbit. Media seperti koran atau majalah mempunyai kualitas ketat dalam penilaiannya. Tidak boleh salah ketik, bahasa harus gampang dimengerti dan lain sebagainya. Bahkan karya yang sudah bagus pun masih bisa ditolak dengan alasan tema yang sama telah ditulis orang sebelumnya. Lho, jadi?

Artinya tulisan kita selain harus bagus dari teknik penulisannya juga harus orisinil. Galilah ide baru yang tidak pernah dibuat orang sebelumnya. Tetapi kadang hal itu masih terbentur juga untuk dipublikasikan. seperti alasan salah satu media paling top di Indonesia. Bahwa karya yang masuk banyak sekali dan ruang untuk memuatnya terbatas. Jadinya mereka super selektif dalam memilih karya terbaik. Artinya juga, bahwa benar – benar karya yang paling baiklah yang bisa diterbitkan di media tersebut.

Berkaca dari realita yang ada, menyembul sebentuk harapan dalam dada. Hendaknya fenomena blog yang sudah mulai memasyarakat ini memberikan semangat positif bagi dunia kepenulisan di Indonesia. Diharapkan karya tulis akan semakin banyak dan bervariatif. Dan tak lupa semoga diikuti kualitasnya juga. Ayo, semangat terus para blogger Indonesia!

Ujungberung, 13102010

2 komentar:

Haryato mengatakan...

setuju, Mbak

noeng mengatakan...

setuju

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop