Senin, 16 November 2015

ujian Berbasis Computer

UJIAN BERBASIS KOMPUTER DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Oleh SITI NURJANAH
ABSTRAK
Nurjanah, Siti. 2015: Pemberlakuan ujian nasional berbasis computer masih menjadi kekhawatiran sebagian guru bahasa Indonesia. Kekhawatiran ini terutama berkaitan dengan kemampuan akan penguasaan teknologi informasi sebagian guru bahasa Indonesia yang  masih rendah, juga karena ketersediaan perangkat yang belum seluruhnya terpenuhi. Namun kekhawatiran yang mendasar terletak pada upaya peningkatan kompetensi dalam pembelajarannya. Untuk itu diperlukan keterampilan yang cukup memadai terutama dalam penggunaan media khususnya media berbasis computer. Karena media sangat penting kehadirannya untuk menyampaikan pesan pada pembelajaran agar dapat meningkatkan pemahaman pada diri siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Kata kunci: ujian berbasis komputer, pembelajaran bahasa Indonesia

Pengantar
Implementasi kurikulum 2013 yang dilaksanakan pada beberapa sekolah pilot sudah berjalan hampir 3 tahun. Itu artinya bahwa kurikulum 2013 mencapai tahap puncak ujicoba terutama pada elemen penilaian. Penilaian yang dimaksudkan adalah penilaian pada tingkat nasional. Dari sinilah pendekatan saintifik diuji kehebatanya secara nasional. 
Mungkin ini menjadi kekhawatiran bagi sebagian tenaga pendidik yang menerapkan kurikulum 2013. Terutama karena selain pendekatan yang harus diterapkan baru, juga karena kompetensi dasar dan cakupan materi sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya (khusus Bahasa Indonesia).  Namun kekhawatiran juga muncul pada system tes yang disarankan pada kurikulum 2013, Ujian yang dimaksud adalah ujian menggunakan perangkat computer. Hal ini sangat beralasan karena pada kenyataanya matapelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang sebelumnya diajarkan pada tiap-tiap kelas, justru pada kurikulum 2013 tidak dimasukkan sebagai mata pelajaran, akan tetapi menjadi sarana dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M.Nuh yang menegaskan bahwa untuk pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan dihilangkan. TIK diintegrasikan di semua mata pelajaran, sehingga tidak ada pelajaran khusus untuk TIK. ( kompas.com tertanggal 14 November 2012) berikut kutipanya:
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mengatakan bahwa perkembangan teknologi saat ini sangat pesat. Untuk itu, mulai jenjang SMP, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan dijadikan sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran.
"Jadi TIK menjadi media semua mata pelajaran untuk jenjang SMP ini sehingga anak-anak juga bisa mengenal teknologi dengan baik," kata Nuh saat jumpa pers di Kantor Kemdikbud, Jakarta, Selasa (13/11/2012).

Kebijakan tentang pemanfaatan TIK dalam setiap pembelajaran sangat tepat  untuk menjawab tantangan global 2025. Namun benarkah setiap tenaga pendidik yang ada memiliki keterampilan yang cukup memadai untuk hal itu? Akan menjadi masalah dan kekhawatiran yang berlebihan manakalah tenaga pendidik tidak memilikinya. Lalu, bagaimana mungkin kita mengharapkan peserta didik memiliki keterampilan yang memadai tentang pemanfaatan TIK, sementara tidak ada materi pembelajaran yang mengajarkan tentang kecanggihan TIK. Bahkan mungkin hanya sedikit atau tidak ada sama sekali tenaga pendidik yang memanfaatkan kecanggihan TIK dalam kegiatan pembelajarannya.
Mungkin kedengarannya sangat ironis bahwa pelaksanaan ujian nasional dilaksanakan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi (yang lebih popular disebut CBT). Sementara belum semua tenaga pendidik dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi. Bahkan mungkin tidak semua sekolah memiliki sarana prasana seperti yang dimaksudkan.
Bukan bermaksud merendahkan kemampuan peserta didik, namun tanpa pengenalan dan pertemuan dengan frekuensi yang cukup dengan media computer akan berpengaruh pada kemampuan peserta didik tentang penggunaan computer.
Kekhawatiran itu sudah seharusnya diantisipasi oleh guru terutama guru Bahasa Indonesia yang materinya diujikan secara nasional dan menggunakan teknologi computer atau CBT. Untuk itu ada baiknya pada kesempatan kali ini dibahas tentang apa sih Computer Based Test? Untuk menjawab adakah kaitan antara pembelajaran bahasa Indonesia dengan ujian berbasis computer (CBT). Bagaimana sebenarnya kondisi pembelajaran bahasa Indonesia?; dan apa saja kecanggihan teknologi computer yang bias dijadikan media dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
Computer Based Test (CBT)
Ujian berbasis komputer yang lebih popular disebut CBT (Computer Based Test) atau CAT (Computer Aised Test) adalah ujian yang diselenggarakan dengan menggunakan komputer. Tes dengan menggunakan komputer dipandang sangat efisien dan praktis. Peserta tes dalam waktu yang bersamaan akan mendapatkan soal yang berbeda sehingga dapat meningkatkan semangat peserta tes untuk lebih meningkatkan kompetensinya.
Karakteristik dari tes ini sama dengan tes konvensional yaitu menggunakan satu perangakat tes untuk beberapa peserta dengan panjang tes yang sama (fixed test length). Perbedaannya terletak pada teknik penyampaian (delivery) butir soal yang tidak lagi meggunakan kertas (paperless), baik untuk naskah soal maupun lembar jawaban. Sistem skoring atau koreksi langsung dilakukan oleh komputer. Biasanya peserta bisa mengerjakan dan melihat butir soal dari nomor pertama sampai dengan terakhir. 
Banyak keuntungan dari pelaksanaan ujian berbasis computer ini, antara lain;
1.      Ujian dapat berlangsung dimana saja selama ada perangkat yang terkoneksi ke server  Ujian Online;
2.      Soal diacak otomatis oleh sistem sehingga tiap peserta tidak ada yang sama soal ujiannya, sehingga mengurangi kesempatan peserta ujian untuk melakukan kecurangan;
3.      Hasil Ujian dapat langsung diketahui setelah selesai ujian;
4.      Guru dapat menghemat waktu karena tidak mengoreksi dan memberi nilai pada ujian;
5.      Guru dan peserta didik semakin melek teknologi;
6.      Hemat kertas karena tidak perlu mencetak soal ujian dan LJK;
7.      Peserta ujian tidak perlu membawa alat tulis, rautan, dan papan alas;
8.      Memiliki timer setiap soalnya dan tepat waktu;
9.      Hemat waktu , karena tidak repot menghitamkan lembar LJK;
10.   Lebih aman, tak perlu repot memisahkan lembar jawaban dari lembar soal ataupun        khawatir kertas lembar jawabannya rusak;
Namun demikian ada beberapa kekurangan, misalnya apabila terjadi masalah listrik. Apakah software telah dirancang bisa dilanjutkan kembali ke kondisi terakhir setelah login? Hal ini akan menjadi kendala waktu.
Beberapa fakta lain menunjukkan, bahwa ujian kompetensi guru (UKG) yang dirancang menggunakan computer dan telah dilaksanakan beberapa waktu lalu secara online, tidak bias memberikan gambaran hasil sesuai harapan. Selain karena nilai UKG guru belum maksimal (di bawah standar), juga terbukti ada peserta yang gagal saat mengerjakan ujian kompetensi guru (UKG) sehingga nilainya nol (0). Hal ini bias jadi disebabkan karena kurang meleknya guru terhadap penggunaan Teknologi Informasi.
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah “ bagaimana dengan hasil ujian berbasis computer pada siswa nantinya, akankah bernasib sama dengan yang telah dilaksanakan pada UKG?” Mungkin tidak akan bernasib sama apabila pembelajaran yang telah dilaksanakan cukup bagus. Jika pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas bias mengakomodir semua karakteristik peserta didik terutama dalam hal gaya belajar masing-masing peserta didik. Sesuai dengan pesan kurikulum 2013 bahwa teknologi informasi dan komputer menjadi sarana dalam setiap pembelajaran di kelas. Demikian halnya dengan pembelajaran Bahasa Indonesia. Ujian nasional berbasis computer tidak akan menjadi kendala jika sehari-hari peseta didik di kelas selalu berhubungan dengan computer dalam pembelajaranya.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pendidikan bahasa Indonesia pada dasarnya bertujuan mengembangkan kemampuan berbahasa   Indonesia   siswa   sesuai   dengan fungsi bahasa sebagai wahana berpikir dan wahana berkomunikasi untuk mengembangkan potensi intelektual, emosional, dan sosial. Bahasa sangat fungsional dalam kehidupan manusia, karena selain merupakan alat komunikasi yang paling efektif, berpikir pun menggunakan bahasa. Azies dan Alwasilah (1997: 12) dan  Akhadiah (1992: 18) mengungkapkan, bahwa di seluruh dunia masalah literasi atau melek huruf ini merupakan  persoalan manusiawi sepenting dan semendasar persoalan pangan dan papan. Menurut Gani (1995: 1) proses pendidikan bahasa sejak di sekolah dasar harus mampu mewujudkan lulusan yang melek huruf dalam arti yang lebih luas yaitu melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya juga mengarah pada melek kebudayaan. Bahkan ketika rupiah tidak kunjung punya taji,  Presiden Joko Widodo sempat menganggap bahasa sebagai bagian sumber masalah. Investor terkendala dalam berbahasa sehingga tidak berminat menanam modal di Indonesia, dan serta merta mengubah permenaker nomor 12 tahun 2013 yang intinya tenaga kerja asing tidak perlu diuji kemampuan berbahasa Indonesianya, alias mereka boleh menggunakan bahasa asal mereka, di mana saja.(Suprianto Annaf, Bidasan Bahasa:Media Indonesia)
Mengingat pentingnya bahasa sebagaimana tersebut di atas dan berdasarkan berbagai hasil temuan yang mengungkapkan bahwa proses pembelajaran bahasa Indonesia serta hasilnya belum sebagaimana yang diharapkan. Penyebabnya pada umumnya bahwa kegagalan itu bersumber pada guru dan metodologi pembelajaran   serta   sumber   daya   pendidikan   yang kurang menunjang. Rofi’uddin dan Zuhdi (1999: 37) mengungkapkan bahwa rendahnya kemampuan dalam hal baca-tulis terus dikumandangkan, bahkan hasil penelitian kemampuan membaca tingkat sekolah dasar yang dilaksanakan oleh The International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA, 1992) menunjukkan bahwa kemampuan membaca peserta  didik  sekolah  dasar  Indonesia  berada  pada urutan ke 26 dari 27 negara yang menjadi sampel penelitian. Tepatnya kemampuan membaca peserta didik sekolah dasar di Indonesia terendah di kawasan ASEAN. Lebih parah lagi Ismail (Jalal dan Supriadi, 2001: xxxi) mengemukakan hasil observasinya di beberapa negara bahwa anak-anak Indonesia “rabun membaca dan lumpuh menulis.
Demikian pula hasil studi peneliti terdahulu terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dikembangkan oleh guru-guru  SD laboratorium UPI Kampus Cibiru, diperoleh gambaran pada umumnya pembelajaran bahasa Indonesia yang dikembangkan oleh guru-guru tersebut belum menunjukkan peningkatan kemampuan berbahasa peserta didik. Salah satu faktor penyebabnya adalah guru terlalu terikat dengan buku paket bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran. Peserta   didik belajar berkomunikasi baik lisan maupun tulisan hanya mengandalkan dari satu sumber yaitu buku paket. Belum memberdayakan berbagai sumber belajar yang ada di sekitar peserta didik. (Jurnal Pendidikan Dasar, 2008:10).
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 berbasis teks, dan mengamanatkan bahasa Indonesia menjadi penghela bagi matapelajaran yang lain. Artinya bahwa kemampuan memahami dan menuangkan ide, gagasan, maupun pemikiran dalam bentuk teks menjadi penekanan utama. Tentu teks yang diharapkan disajikan pada kegiatan pembelajaran adalah teks yang berkaitan dengan kehidupan nyata.  Bukan fakta yang hanya ada di buku sementara dalam kehidupan sesungguhnya jarang ditemui.
Permasalahan di atas jelas bersumber pada bagaimanakah pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan di kelas. Dua komponen penting dalam proses pembelajaran adalah metode pembelajaran dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang digunakan. Penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Selain dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Menghadapi permasalahan tersebut di atas, penting bagi guru bahasa Indonesia untuk menggunakan media dalam setiap pembelajarannya. Terutama media yang berbasis computer. Tidak saja untuk membangkitkan gairah belajar siswa, tetapi juga mengajak peserta didik juga melek teknologi. Selain itu computer memiliki aneka ragam bentuk media yang bias digunakan dalam pembelajaran dan memiliki kemampuan yang lengkap dalam menyampaikan pesan.
Media Pembelajaran Berbasis Komputer
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),  penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif.. Pemanfaatan teknologi untuk mengoptimalkan tujuan pembelajaran dapat menciptakan kemenarikan siswa daripada hanya sekedar mendengarkan penjelasan dari guru (teacher center).
Penyajian materi yang baik bisa menstimulus pembelajar untuk berpikir kritis dan kreatif, mengembangkan pengetahuannya dan mengaplikasikan pengetahuannya secara konkret. Karena dengan pemahaman yang menyeluruh tentang suatu konsep pengetahuan, tidak hanya akan membuat daya ingat semakin kuat tetapi kemampuan siswa untuk problem solving juga akan semakin terasah.
Prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran harus dilaksanakan guna memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang konstruktif. Prinsip yang dimaksud,  antara lain:
1.      Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran
2.      Kesesuaian media dengan lingkungan belajar
3.      kesesuaian media dengan karakteristik pembelajaran
4.      Kemudahan dan keterlaksanaan pemanfaatan media
5.      Kefisiensi media dalam kaitannya dengan waktu, tenaga dan biaya
6.      Keamanan bagi pembelajaran
7.      Kemampuan media dalam mengaktifkan siswa.
Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan.
Sajian multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi.
Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu. Misalnya, penggunaan simulator kokpit pesawat terbang yang memungkinkan peserta didik dalam akademi penerbangan dapat berlatih tanpa menghadapi risiko jatuh. Contoh lain dari penggunaan multimedia berbasis komputer adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan mahasiswa pada jurusan eksakta, biologi, kimia, dan fisika melakukan percobaan tanpa harus berada di laboratorium.
Perkembangan teknologi komputer saat ini telah membentuk suatu jaringan (network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar secara luas. Jaringan komputer berupa internet dan web telah membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan terkini dalam bidang akademik tertentu. Diskusi dan interaksi keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet dan web di sekolah.
Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia meliputi:
1.  Multimedia Presentasi.
Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak. Pengenalan materi pembelajaran seperti struktur teks, jenis dan macam teks bias menggunakan media ini. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun kinestetik.
2. CD Multimedia Interaktif
CD interaktif dapat digunakan pada pembelajaran di sekolah sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Terdapat dua istilah dalam perkembangan CD interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan Computer Assisted Instructuion (CAI) Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di antaranya:
Model Drill: Model drills dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
Model Tutorial: Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Metode Tutorial dalam CAI pola dasarnya mengikuti pengajaran Berprograma tipe Branching yaitu informasi/mata pelajaran disajikan dalam unit – unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan. Respon siswa dianalisis oleh komputer (Diperbandingkan dengan jawaban yang diintegrasikan oleh penulis program) dan umpan baliknya yang benar diberikan. (Nana Sudjana & Ahmad Rivai:139). Bentuk-betnuk latihan soal bias dibuat melalui media ini.
Model Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
Model Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional Games (Eleanor.L Criswell, 1989: 20)
Pada umumnya tipe penyajian yang banyak digunakan adalah “tutorial”. Tutorial ini membimbing siswa secara tuntas menguasai materi dengan cepat dan menarik. Setiap siswa cenderung memiliki perbedaan penguasaan materi tergantung dari kemampuan yang dimilikinya.
Video
Video termasuk media yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Video ini bersifat interaktif-tutorial membimbing siswa untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Siswa juga dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktek sesuai yang diajarkan dalam video. Video yang dirancang/dibuat sendiri bisa dijadikan rangsangan bagi siswa untuk menulis sebuah teks.


4. Internet
Internet, singkatan dari interconection and networking, adalah jaringan informasi global, yaitu,“the largest global network of computers, that enables people throughout the world to connect with each other¨. Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. “Through independent study, students become doers, as well as thinkers” (Cobine, 1997). Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik, (Gordin et. al., 1995). Internet bisa juga dijadikan sebagai ajang diskusi membahasa masalah dengan teman sekelasnya.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
1.      Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2.      Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
3.      Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
4.      Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar/siswa.
5.      Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6.      Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik pembelajar/siswa; dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara on-line.
Simpulan
Ujian Nasional berbasis computer (CBT) bukanlah hal yang berlebihan, namun demikian perlu adanya persiapan yang matang bagi tenaga pendidik khususnya guru bahasa Indonesia dalam rangka memberi bekal dasar kompetensi berbahasa Indonesia yang baik bagi peserta didik. Terutama sekali bukan karena ujian yang berbasis computer akan tetapi karena pentingnya bahasa Indonesia bagi kelangsungan peradaban generasi muda ke depannya, dalam menghadapi tantang global 2025
Rendahnya kemampuan siswa terhadap kemampuan membaca dan menulis semata-mata bukan karena metode pembelajaran yang diterapkan, melainkan juga karena pemanfaatan media yang digunakan. Untuk itu pembelajaran menggunakan media berbasis kecanggihan teknologi mutlak diterapkan oleh guru bahasa Indonesia dalam pembelajaranya. Terutama sekali untuk membangkitkan minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Daftar Rujukan
Azies, Furqonul dan Alwasilah, A. Chaedar (1996) Pengajaran Bahasa Komunikatif:
Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muchlisoh, dkk. (1992). Materi Pokkok Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta:
Depdikbud; Proyek Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis.

Tarigan, Henry Guntur. (1989). Metodologi Pengejaran Bahasa: Suatu Penelitian
Kepustakaan. Jakarta: Depdikbud.

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.2008. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar. Materi Diklat Calon Pengawas Sekolah/Pengawas Sekolah. Jakarta











0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop